Saat ini kita sedang berada di bulan suci Ramadhan. Kalau kita kembali mengingat tahun lalu pada saat yang sama, Ramadhan juga hadir dan kita pun berpuasa. Lalu sekarang kita sedang menanti Ramadhan berikutnya. Ramadhan selalu datang silih berganti setiap tahun. Kita mesti merenungkan waktu yang terus berlalu. Bila kita berusia 20 tahun, 30 tahun, atau lebih tua lagi, maka perhatikanlah waktu yang berlalu menghabiskan sisa umur kita.
Suatu saat, bila Allah Swt mengizinkan, kita akan mencapai usia 60 tahun. Pada saat itupun mungkin kita sedang menanti Ramadhan sebagaimana orang tua kita sekarang. Kita harus memanfaatkan waktu yang Allah berikan sepanjang bulan suci Ramadhan. Hari ini, saya tidak ingin membahas tentang tata cara berpuasa dan juga tidak membahas tentang apa-apa yang biasanya kita lakukan di bulan Ramadhan. Karena insya Allah kita semua sudah memahaminya sebagaimana yang kita lakukan selama ini. Sekarang, saya ingin mengingatkan diri saya sendiri dan para hadirin sekalian bahwa kita perlu meraih peluang emas selama Ramadhan untuk beribadah sebaik mungkin. Kalau kita mampu meraih peluang tersebut, kita akan mendapatkan banyak pahala. Namun bila kita gagal, kita akan kehilangan banyak hal.
Dalam sebuah hadits, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu:
Adalah Rasulullah SAW memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda, “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa didalamnya; pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat; juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa.” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i)
“Jika tiba bulan Ramadhan, maka dibuka pintu-pintu syurga dan ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu semua syaitan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kalau kita merenungi hadits ini, tampak sekali bahwa Allah Swt telah berbuat sesuatu untuk menolong kita dengan kehadiran Ramadhan. Pernahkah kita berfikir mengapa Allah Swt melakukan hal ini? Mengapa Allah Swt membuka pintu syurga, seraya menutup pintu neraka dan membelenggu syetan-syetan? Jawabannya adalah Allah Swt ingin agar kita semua masuk ke syurga, karena Allah Swt sangat sayang kepada kita. Apakah kita yang hadir disini merasakan betapa besar cinta-nya Allah Swt kpd kita? Allah ingin agar kita memiliki tingkat spiritual yang tinggi untuk merasakan kebersamaan dengan Allah, merasakan kebersamaan dengan sang Pencipta, agar kita beribadah kepada-Nya dengan penuh kesungguhan walaupun hanya dalam satu bulan.
Ya.. sebenarnya kita sudah tahu bahwa Ramadhan adalah bulan yang paling utama dalam satu tahun. Saya yakin semua yang hadir disini mengetahui hal ini. Tapi apa yang sudah kita persiapkan untuk memasuki Ramadhan? Kita melihat bahwa kebanyakan orang sangat sibuk dengan urusan bisnisnya, sibuk dengan pekerjaannya, sibuk dengan study-nya. Tak ada satupun orang yang memberikan hak Allah untuk sibuk beribadah kepada Allah Swt meski hanya satu bulan. Bisnis, pekerjaan dan study tidak akan berkurang bila kita meluangkan waktu sejenak untuk Allah. Tapi kalau kita tidak mau meluangkan waktu untuk Allah, bisa jadi uang kita bertambah, pekerjaan kita dipuji atasan, kita bisa publish banyak paper dan memperoleh gelar Master atau Doktor, TAPI pada kenyataannya kita telah kehilangan semua itu. Bisnis, pekerjaan dan study yang telah kita lakukan mati-matian, tidak akan berguna dihari pembalasan. Pada hari itu, jika Allah bertanya kepada kita, ”mengapa engkau tidak melakukan ini dan itu?” Kita tidak akan punya jawaban apa-apa kecuali, ”Ya Tuhanku, saya memiliki urusan bisnis, pekerjaan saya menumpuk, riset dan study saya sangat berat dan menyita waktu”. Allah akan berkata ,”Ambilah bisnis kalian, ambilah pekerjaan kalian, ambil paper-paper kalian, dan masuklah ke neraka”. Sekali lagi, akhirnya kita merugi dan kehilangan semuanya.
Saudaraku,
Perhatikanlah hadits-hadits berikut ini:
1. Man shoma romadhona imanan wakhtisaban, ghufirolahu ma taqodama min dzanbih. Dari Abu Hurairah, dari Nabi, beliau bersabda : Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, diampuni dosanya yang telah lalu. (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).
2. Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa Nabi bersabda: “Setiap amal yang dilakukan anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman, ‘Kecuali puasa, itu untuk-Ku dan Aku yang langsung membalasnya. Ia telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena-Ku.’ Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum daripada aroma kesturi.”
Tampak sekali bahwa Allah memberikan kesempatan yang begitu besar bagi kita di bulan Ramadhan untuk menghapus dosa2 yang pernah kita lakukan. Bahkan Allah menyediakan suatu malam yang bila pada malam itu kita melakukan suatu ibadah, maka Allah akan memberikan pahala setara dengan pahala ibadah itu bila dilakukan selama 1000 bulan (lebih dari 80 tahun). Kita mungkin tidak pernah mencapai usia setua itu. Mengapa Allah membuka peluang seperti itu? Apakah kita cukup qualified untuk menerima penghargaan yang sedemikian tingginya? Apakah setelah tahu hal ini kita akan beribadah kepada-Nya sebagaimana yang Allah inginkan? Apakah kita akan melakukan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya? Tanyakan kepada diri kita masing-masing mengapa Allah membuka peluang ini? Allah selalu memberikan nikmat dalam hidup kita, Allah menyediakan begitu banyak peluang untuk menumpuk pahala, tapi mengapa kita mengabaikan peluang itu, bahkan malah menumpuk dosa? Mengapa? Tanyakan kepada hati kita masing-masing. Coba renungkan, seandainya kita ini adalah pesuruh dari seorang raja, dimana sang raja selalu memperhatikan dan memberikan apa yang kita minta dan pada saat yang sama sang raja meminta kita melakukan hanya sedikit sesuatu, tetapi kita tidak mau melakukannya. Sang raja-pun selalu memberikan sekian banyak peluang, bahkan melipatgandakan hadiah bila kita mau melakukannya bahkan bersedia menolong kita kalau kita mau melakukan perintahnya…… tapi… kita tetap tidak mau melakukannya. Makhluk macam apa kita ini??? Kira-kira apa yang akan diperbuat oleh sang raja bila ada pesuruhnya yang sulit diatur, malas, suka membantah dan tidak mengerti rasa terima kasih??! Ketahuilah saudaraku semua, Allah Swt adalah Raja jagad raya. Seluruh kekuatan dan ilmu berada di tangan-Nya. Dan kita ini adalah para hamba yang sangat tidak berarti dihadapan-Nya. We are nothing!!!!! Mohon renungkan hal ini saudaraku semua.
Imam Al Ghazali menerangkan dalam kitab Ihya Ulumuddin bahwa puasa terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu puasa yang umum, puasa yang spesifik, dan puasa yang paling spesifik. Puasa yang umum adalah menahan lapar dan haus dari terbit fajar hingga terbenam matahari seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Tingkatan puasa yang kedua, adalah mengontrol pandangan, mengontrol lidah, tangan, kaki serta pendengaran untuk menghindar dari perbuatan buruk dan dosa. Sedangkan tingkatan puasa yang ketiga adalah puasa hati. Diantara kita mungkin ada yang bertanya, ”bagaimana cara melakukan puasa hati?” Arti dari puasa hati adalah berusaha menjaga hati kita agar berpuasa dari keinginan melakukan kemaksiatan dan sekaligus mengisi hati kita dengan hanya mengingat Allah seperti dengan berdzikir, membaca qur’an, serta berdo’a. Mereka-mereka yang terbiasa melakukan puasa hati selalu berusaha mengosongkan isi hatinya kecuali hanya ada Allah disana. Tak ada nama seorangpun dihatinya, tak ada ayah, tak ada ibu, tak ada uang, tidak ada posisi jabatan, tak ada paper atau jurnal, tak ada bazar dan sale, tak ada apapun juga kecuali hanya ada Allah didalam hatinya. Saudaraku sekalian, cobalah merasakan puasa seperti ini, walaupun cuma satu jam, atau cuma setengah jam, atau bahkan cuma semenit!!! kalau kita tak mampu melakukannya, maka tangisilah diri kita yang begitu lemah..
Saudaraku,
Mari kita tingkatkan kualitas ibadah kita pada hari-hari yang masih tersisa di bulan Ramadhan tahun ini. Waspadalah, bahwa belum tentu kita akan berjumpa dengan bulan Ramadhan pada tahun depan.
Wallahu’alam bishawab.
Rabu, 03 September 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Posting Komentar