Rabu, 07 Januari 2009

Korban Kekejaman Israel Sudah Lebih dari 660 Orang


GAZA CITY, SELASA — Pada hari ke-11 serangan ke Gaza, tentara Israel mendapat perlawanan sengit di kota Gaza, dan Hamas makin jauh menembakkan roket ke dalam wilayah Israel.

Kantor berita Perancis, AFP, melaporkan, jumlah warga Palestina yang menjadi korban serangan Israel sudah lebih dari 660 jiwa dan 2.950 cedera. Negara-negara Arab mendesak lahirnya Resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengutuk serangan itu.

PBB menuntut penyelidikan atas sekolah UNRWA (badan PBB untuk urusan pengungsi Palestina) yang dihancurkan tank dan pesawat Israel. Menurut tim layanan darurat, setidaknya 43 orang yang sedang mengungsi di sekolah Jabaliya di utara Gaza itu terbunuh. PBB menyatakan, sedikitnya 30 tewas dan 55 luka.

Sebelumnya, dua warga Palestina tewas ketika sebuah bom menghantam sekolah di Khan Yunis, Gaza selatan. Tiga lainnya tewas dalam serangan udara ke sekolah Shati di kamp pengungsian di Gaza.

Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Wilayah Palestina Maxwell Gaylard mengatakan, Israel telah memiliki koordinat global positioning system atas semua bangunan PBB di Gaza, termasuk sekolah-sekolah.

"Rumah ataupun tempat penampungan PBB sudah tidak aman bagi rakyat sipil," katanya lalu menyerukan adanya penyelidikan atas kasus tersebut. "Jika hukum kemanusiaan internasional sudah dilanggar, pelakunya harus dimintai pertanggungjawaban," katanya.

Pertempuran sengit terjadi di kota Gaza dan sekitarnya, yaitu di Deir al-Balah dan Bureij. Satu serangan udara Israel menewaskan 12 orang dari suatu keluarga besar, tujuh di antaranya masih anak-anak.

Militer Israel mengatakan, 35 roket Hamas ditembakkan ke wilayah mereka dan satu yang paling jauh masuk hingga 45 kilometer dari perbatasan.
Read More..

Bayi-bayi Gaza Terancam Mati Kedinginan


LONDON, SELASA — Bayi-bayi yang baru lahir di Jalur Gaza berisiko terkena hipotermia(mati kedinginan) karena suhu udara yang membekukan dan putusnya pasokan listrik.

Peringatan ini disampaikan yayasan bantuan Inggris, Save the Children, Senin (5/1) waktu setempat.

Sebagian besar rumah dan rumah sakit di Jalur Gaza, tempat suhu udara pada waktu malam anjlok hingga titik beku, sekarang tanpa listrik dan tidak memiliki pemanas. Yayasan itu menambahkan, orang-orang membiarkan jendela terbuka untuk mencegah kaca jendela pecah karena bom Israel.

"Kita perlu mengirim lebih banyak makanan dan selimut untuk menjamin bahwa anak-anak tidak meninggal karena kelaparan dan kedinginan," kata juru bicara Save the Children yang bermarkas di Jerusalem, Dominic Nutt, seperti dikutip AFP.

Merujuk kepada misi Uni Eropa di kawasan itu, ia meminta PM Inggris Gordon Brown dan semua pemimpin Eropa untuk mendesak dicapainya gencatan senjata agar ada akses aman ke Jalur Gaza.

Dokter Shaul Dollberg, guru besar pediatrik di Universitas Tel Aviv, seperti dikutip badan amal itu mengatakan, "Ada potensi nyata bagi hipotermia pada anak-anak di Jalur Gaza, khususnya pada bayi-bayi yang baru lahir." "Bayi yang baru lahir membutuhkan suhu udara lebih tinggi untuk bertahan hidup," katanya.

Staf Save the Children di Jalur Gaza telah mengirim makanan kepada sekitar 6.000 keluarga yang sangat kelaparan di wilayah itu. "Staf kami mempertaruhkan hidup mereka untuk mengirim bantuan pangan. Dua staf telah mendapati rumah mereka rusak berat dalam pengeboman. Tak seorang pun selamat," kata Nutt.

"Namun, kita benar-benar harus berbuat semampu kita untuk melindungi anak-anak dan bayi-bayi dari konflik ini."

Peringatan itu tiba ketika tentara Israel memperketat cengkeraman militer mereka di Jalur Gaza dengan serangan udara baru dan pertempuran darat, sementara Eropa memimpin upaya diplomatik untuk menjamin tercapainya gencatan senjata.

Read More..
 

My Blog Blak Magik is Designed by productive dreams for smashing magazine Bloggerized by Ipiet © 2009