LONDON, SELASA — Bayi-bayi yang baru lahir di Jalur Gaza berisiko terkena hipotermia(mati kedinginan) karena suhu udara yang membekukan dan putusnya pasokan listrik.
Peringatan ini disampaikan yayasan bantuan Inggris, Save the Children, Senin (5/1) waktu setempat.
Sebagian besar rumah dan rumah sakit di Jalur Gaza, tempat suhu udara pada waktu malam anjlok hingga titik beku, sekarang tanpa listrik dan tidak memiliki pemanas. Yayasan itu menambahkan, orang-orang membiarkan jendela terbuka untuk mencegah kaca jendela pecah karena bom Israel.
"Kita perlu mengirim lebih banyak makanan dan selimut untuk menjamin bahwa anak-anak tidak meninggal karena kelaparan dan kedinginan," kata juru bicara Save the Children yang bermarkas di Jerusalem, Dominic Nutt, seperti dikutip AFP.
Merujuk kepada misi Uni Eropa di kawasan itu, ia meminta PM Inggris Gordon Brown dan semua pemimpin Eropa untuk mendesak dicapainya gencatan senjata agar ada akses aman ke Jalur Gaza.
Dokter Shaul Dollberg, guru besar pediatrik di Universitas Tel Aviv, seperti dikutip badan amal itu mengatakan, "Ada potensi nyata bagi hipotermia pada anak-anak di Jalur Gaza, khususnya pada bayi-bayi yang baru lahir." "Bayi yang baru lahir membutuhkan suhu udara lebih tinggi untuk bertahan hidup," katanya.
Staf Save the Children di Jalur Gaza telah mengirim makanan kepada sekitar 6.000 keluarga yang sangat kelaparan di wilayah itu. "Staf kami mempertaruhkan hidup mereka untuk mengirim bantuan pangan. Dua staf telah mendapati rumah mereka rusak berat dalam pengeboman. Tak seorang pun selamat," kata Nutt.
"Namun, kita benar-benar harus berbuat semampu kita untuk melindungi anak-anak dan bayi-bayi dari konflik ini."
Peringatan itu tiba ketika tentara Israel memperketat cengkeraman militer mereka di Jalur Gaza dengan serangan udara baru dan pertempuran darat, sementara Eropa memimpin upaya diplomatik untuk menjamin tercapainya gencatan senjata.
Rabu, 07 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar